Akan
tetapi harus kita telisik, bagaimana Amerika Serikat (AS) dan para
sekutunya negara Barat selalu mencari berbagai dalih dan alasan untuk
menguasai negara-negara kaya sumber alam tersebut, dan yang dalam
penilaian AS dan sekutu-sekutu barat, dianggap tidak bersahabat.
Sebagai
misal di Irak, ketika Saddam Hussein dianggap AS sulit dikendalikan,
lalu mencari dalih adanya kepemilikan senjata pemusnah massal, maupun
tudingan bahwa Saddam Hussein telah melindungi Osama bin Laden dan Al
Qaeda sebagai aktor utama aksi teror dalam pemboman gedung World Trade
Center dan
gedung Pentagon. Sehingga dalam skema war on terror (WOT) yang dilancarkan Presiden George W Bush, Saddam Hussein jadi target operasi untuk digulingkan dari kursi kekuasaan.
Dalih
yang diajukan Bush, Saddam berbahaya bagi keamanan internasional karena
melanggar demokrasi, hak asasi manusia (HAM), dan dituding
bertanggungjawab dalam melakukan pembunuhan massal suku Kurdi di Irak
Utara.
Dengan
demikian, peperangan di banyak wilayah yang dilancarkan AS, terutama
yang terjadi di negara-negara Islam, adalah perang sekedar mencari uang
termasuk mencari barang-barang tambang seperti uranium, intan, timah,
emas, minyak dan gas bumi hingga rempah-rempah (opium).
Tatkala
AS dan sekutu mencari kekayaan dengan cara memaksa si tuan pemilik
menyerahkan hartanya, maka itu namanya merampok. Mereka tidak ubahnya
seperti “perampok-perampok internasional”. Itulah yang terjadi.
Siapa Teroris Sesungguhnya?
Teror arti Indonesianya yaitu kekacauan. Isme
itu aliran. Jadi secara hakiki terorisme ialah kelompok yang selalu
membuat kekacauan di muka bumi. Merujuk hal di atas, maka telah jelas
bahwa AS dan sekutu ialah teroris yang sesungguhnya. Tetapi hal itu di
balik arah tudingan ke Islam. Inilah bagian kecil dari propaganda Barat
dalam merampok harta negara-negara yang kaya sumber daya alam tetapi
masih terbelakang (dunia ketiga).
Guna mengamankan rencananya, mereka telah menyiapkan methode dan tata cara sebagai berikut :
(1) Membuat Sentimen Agama
Agar
misi “perampokan” berjalan mulus, maka latar-belakang pemilik harta
dipelajari dan agama mayoritas sang tuan tanah dijadikan alibi, misalnya
:
(a)
Membuat istilah teroris agar pemilik harta, atau warga beserta keluarga
dari si tuan tanah takut akan cap dan stigma teroris, khawatir disebut
ekstrimis dan seterusnya;
(b)
Mengatakan bahwa perang itu adalah wahyu tuhan, sehingga AS dan sekutu
mendapat bantuan moral dari para pemeluk agama lain di seluruh dunia.
Mereka juga mengobarkan perang salib/suci, padahal tujuan perang
bermotif ekonomi bukan penyebaran agama. Bahkan banyak dari personel
atau anggota yang mengawaki justru tidak beragama.
Untuk
usaha itu mereka memanfaatkan Vatikan, Anglikan dan institusi-institusi
religi lainnya. Agama dijadikan alat guna menggapai cita-cita
Kapitalisme.
(2) Membuat Agitasi
Menciptakan
“peristiwa besar” yang dapat menimbulkan empati masyarakat
internasional. Misalnya pengeboman World Trade Centre/WTC (911), Bom
Bali I dan II serta aksi-aksi serupa lainnya guna menyulut kemarahan,
antipati, kegeraman dan menggugah rasa kemanusian berbagai agama di
dunia. Tujuannya untuk menimbulkan kebencian terhadap umat agama
mayoritas pemilik harta dan si tuan tanah.
Terkesan
bahwa agitasi yang diciptakan mengorbankan rakyatnya sendiri. Itulah
yang disebut dengan “tumbal politik”. Dan sudah jamak terjadi dalam
dunia politik: diperlukan KORBAN untuk mencapai TUJUAN.
Ada beberapa indikator peristiwa besar di dunia ialah agitasi ciptaannya, antara lain :
(a)
Pada peristiwa 911-WTC banyak orang Israel atau Yahudi tidak masuk
kantor. Parameter ekonomi tidak hancur. Padahal WTC merupakan ikon
ekonomi AS bahkan dunia, kenapa ekonominya (pada saat itu) aman atau
baik-baik saja. Artinya ibarat server yang sengaja di beri virus, ketika server down telah ada hard disk cadangan sebagai pengganti;
(b)
Juga pada kejadian Bom Bali I dan II. Kenapa dipilih Bali, karena 95%
wisatawan asing berasal dari Australia. Dan Australia sendiri
berkepentingan untuk timbulnya kebencian (agitasi) agar rencana mereka
didukung oleh rakyat dan agamawan negaranya bahkan masyarakat
internasional.
Fakta
menyebutkan bahwa sebelum pengeboman, banyak mahasiswa Bali dan NGO
melihat ada sinyal peluru cahaya berasal dari kapal perang Australia
yang bersandar di Bali. Dengan demikian, Bom Bali merupakan rencana
agitasi dari Pemerintah Australia sendiri.
Sedangkan
Amrozi Cs adalah korban intelijen Malaysia yang dimanfaatkan oleh
Australia. Hampir semua intelijen negara-negara di dunia memahami, bahwa
Malaysia dulu adalah pintu gerbang bagi para mujahidin yang mau
berkorban demi membela agama.
Amrozi
Cs merupakan kelompok yang punya semangat jihad tinggi, namun tidak
mengerti politik serta tidak tahu jalur komando di atasnya. Ia terjebak
oleh skenario global yang hingga akhir hayat tidak dipahaminya. Itulah
tumbal politik global.
Koalisi 41 Negara atau ISAF
International Security Assistance Force
(ISAF) adalah koalisi dari 41 negara pimpinan AS yang hendak
menghancurkan Islam. ISAF itu amuba dari NATO di Asia. Dan AS pemegang
saham utama bertugas menyiapkan pasukan dan modal. Ia bebas memilih
daerah jajahan. Misalnya Inggris punya saham di Basra, Belanda memilih
Uruzgan, Israel memilih Lebanon dan sebagian kota di Irak, dan AS
sendiri memilih di Baghdad dan seterusnya.
Namun
akibat perlawanan maha dahsyat oleh tentara lokal dan logikanya
(penebalan, penambahan pasukan) berarti tentara lokal setempat mampu
mengalahkan pasukan asing. Namun media barat banyak melakukan edit dan
kontra berita. Disinyalir Barat tidak mau sejarah berpihak kepada Islam.
Sebelumnya
ada perlawanan maha dashyat, sepertinya ingin bagi-bagi kue
(kekuasaan), bahkan lebih dari sekedar bagi kekuasaan, mereka berencana
membuat umat Islam budak di negeri sendiri dan menjadikan kelompoknya
adalah Tuan Tanah Baru.
Semua itu terjadi sebab kesalahan dan kebodohan masyarakat Islam sendiri. Umat merasa inferior
atau minder dengan statusnya sebagai warga negara dunia ketiga
(miskin). Padahal status negara KAYA yang diperoleh AS dan sekutu
merupakan hasil rampokan Perang Dunia II.
Dan
kini mereka telah bersiap diri untuk merampok lagi dengan cara
menggelar Perang Dunia III. Ia ingin lebih kaya dari sekarang. Hampir
semua negara telah memperkuat armada-armada militernya. Seluruh dunia
sudah bersiap-siap untuk menghadapi pecahnya Perang Dunia III, kecuali
Indonesia. Menyedihkan!
Inilah “kematian” Indonesia dalam kancah perpolitikan global.
Betapa
ironis, di tengah ketegangan atas kecenderungan politik dunia yang
memanas, justru para pejabat dan politikus Indonesia sibuk mencari
“kursi”-nya sendiri-sendiri, baik di DPR maupun di kabinet pemerintahan,
tanpa memperhatikan situasi global dan kemungkinan dampak buruknya yang
bakal menimpa bangsa dan rakyat Indonesia.
Skenario yang tengah di-setting AS guna mencapai tujuan Kapitalisme Global adalah membuat negara atau wilayah calon jajahan dilemahkan dengan berbagai cara.
Contoh
dibuat federasi, koloni dan seterusnya, dengan aneka wajah (modus). Apa
yang dimiliki negara calon jajahan, baik hal-ikhwal keyakinan,
simbol-simbol agama, kekayaan alam dan sebagainya dipelajari dan dicari
simpul kelemahannya, bahkan melalui kaki-kaki tangan atau bonekanya
--pengkhianat bangsa-- (traitor) mengobrak-abrik “dari dalam” negerinya
sendiri.
Salah
satu bukti nyata adalah rekomendasi yang dirilis Rand Corporation,
sebuah think-thank atau badan kajian strategis yang dibiayai oleh
Departemen Pertahanan AS (Pentagon). Dalam studi dan rekomendasinya yang
dirilis pada 1998 semasa kepresidenan Bill Clinton, Rand Corporation
mendesak pemerintah AS agar Indonesia dibagi jadi beberapa bagian
menjadi negara tersendiri terpisah dari NKRI sebagai induknya.
Adapun
beberapa wilayah yang direkomendasikan agar lepas dari NKRI adalah
Bali, Kalimantan Timur, Papua, Riau, Maluku, Timor Timur, dan Aceh.
Sehingga praktis yang tersisa dalam NKRI adalah Jawa dan Daerah Ibukota
Jakarta.
AS
dan sekutu rela mengeluarkan dana cukup besar untuk program ini.
Membuat Non Government Organization (NGO) seperti NED dan seterusnya,
yang berpihak kepada mereka, “membajak” ahli-ahli berbagai bidang
terutama politik, keuangan, budaya dan sebagainya yang bekerja untuk
kepentingan dan cita-cita Kapitalisme Global.
Begitu detail rencana itu, bahkan sebagian dari lembaga-lembaga dakwah telah dibeli.
Aneh
bin ajaib, para kyai dan pemimpin umat Islam justru setuju. Maka
jadilah NGO, lembaga dakwah dan organisasi profit menjadi boneka AS dan
sekutu. Pada hakikatnya para kaki tangan itu telah menjual negaranya
kepada “tuan tanah baru”. Tinggal menunggu waktu saja, kapan republik
ini diakuisisi.
Inilah
kematian bagi lembaga dakwah, juga institusi-institusi lain yang
tergadai. Mereka menjual negara dan agama dengan harga sangat murah. Dan
layak dikirimi karangan bunga duka cita bertuliskan:
“Selamat Jalan bagi Penjual Warisan Negara, Semoga Arwahmu Diterima oleh Pemilik Modal”. Selamat jalan!
Umat Islam Harus Bangkit
Persoalannya:
bagaimana agar umat Islam tidak disebut bodoh dan dikatakan pintar.
Jawabannya adalah harus berusaha sendiri. Tidak menggantungkan kepada
siapapun, dengan berbagai cara serta jalan yang bisa ditempuh.
Misalnya
membalas tudingan teroris dengan menjawab bahwa AS dan sekutu yang
teroris. Atau ketika dicap bar-bar harus dijawab bahwa merekalah yang
bar-bar, karena mencari uang dengan cara merampok dan menjarah!
Tudingan
ekstrimis bisa dibalikan justru AS yang ekstrimis karena mencari uang
dengan menghalalkan segala cara, bahkan melalui tata cara yang tidak
terhormat, biadab dan kejam!
Menyebarkan
berita, mencari fakta-fakta yang dapat menguatkan bahwa perang yang
dibuat mereka adalah perang mencari uang. Tidak usah membawa-bawa agama.
Bahwa sebuah retorika, propaganda, stigma dan cap yang dibuat oleh
Barat bukanlah suatu fakta-fakta.
Meng-counter
ajaran toleransi dengan pertanyaan: toleransi bagaimana yang dibutuhkan
Vatikan dan Anglikan? Ketika mereka justru merestui aksi-aksi agresi
militer sebagai pelaksanaan (katanya) wahyu tuhan. Kata-kata toleransi
itu hanyalah untuk mereka yang kalah perang. Oleh karena takut
pembalasan saudara-saudara seiman dari korban yang telah dibunuh secara
kejam.
Mengkampanyekan secara gegap gempita agar tidak memilih lagi para pemimpin umat, NGO atau organisasi profit oriented sekuler
dan berorientasi Barat. Menyebarkan rencana-rencana makar mereka
terhadap negara dan agama. Berani mengatakan kepada publik:
“Cukup
sudah kau jual agama dan negara ini, apa yang akan kamu wariskan nanti
untuk anak cucu; jangan lagi engkau obrak-abrik negeri ini
mengatas-namakan demokrasi, kebebasan, HAM dan banyak lagi!”
Bagi
umat Islam yang berkesempatan sebagai pejabat negara agar secara
sunguh-sungguh “mempidanakan” siapa-siapa penjual negara ke pihak asing.
Umat
Islam agar dengan segala cara dan upaya menghapus citra serta stigma
buruk tentang Islam. Stigma itu tidak bakalan melekat kalau umat Islam
itu sendiri melakukan perlawanan terhadap cap-cap yang di tuduhkan oleh
Barat.
Ini adalah pekerjaan rumah (pe er)
bagi seluruh umat Islam. Hanya umat sendiri yang bisa menghapus bukan
orang lain. Meskipun AS dan para sekutu mempunyai dana tidak terbatas
berasal dari 41 negara untuk propaganda. Itu bukan halangan. Pada
hakikatnya, tujuan mereka adalah mencari uang. Maka ketika segala macam
promosi dilakukan, tetapi ternyata merugi terus, maka dana propaganda
niscaya bakal dihapus.
Hayo, bangkitlah umat Islam! Bangkitlah Nusantara Abad 21. Kembalikan MATAHARI terbit dari Timur!
(http://theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=7343&type=99)
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar